THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Selasa, 20 April 2010

Deforestasi Hutan Indonesia

Kerusakan hutan (deforestasi) masih tetap menjadi ancaman di Indonesia. Menurut data laju deforestasi (kerusakan hutan) periode 2003-2006 yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, laju deforestasi di Indonesia mencapai 1,17 juta hektar pertahun.

Bahkan kalau menilik data yang dikeluarkan oleh State of the World’s Forests 2007 yang dikeluarkan The UN Food & Agriculture Organization (FAO), angka deforestasi Indonesia pada periode 2000-2005 1,8 juta hektar/tahun. Laju deforestasi hutan di Indonesia ini membuat Guiness Book of The Record memberikan ‘gelar kehormatan’ bagi Indonesia sebagai negara dengan daya rusak hutan tercepat di dunia.

Dari total luas hutan di Indonesia yang mencapai 180 juta hektar, menurut Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan (Menteri Kehutanan sebelumnya menyebutkan angka 135 juta hektar) sebanyak 21 persen atau setara dengan 26 juta hektar telah dijarah total sehingga tidak memiliki tegakan pohon lagi. Artinya, 26 juta hektar hutan di Indonesia telah musnah.

Selain itu, 25 persen lainnya atau setara dengan 48 juta hektar juga mengalami deforestasi dan dalam kondisi rusak akibat bekas area HPH (hak penguasaan hutan). Dari total luas htan di Indonesia hanya sekitar 23 persen atau setara dengan 43 juta hektar saja yang masih terbebas dari deforestasi (kerusakan hutan) sehingga masih terjaga dan berupa hutan primer.

Penyebab Deforestasi. Laju deforestasi hutan di Indonesia paling besar disumbang oleh kegiatan industri, terutama industri kayu, yang telah menyalahgunakan HPH yang diberikan sehingga mengarah pada pembalakan liar. Penebangan hutan di Indonesia mencapai 40 juta meter kubik setahun, sedangkan laju penebangan yang sustainable (lestari berkelanjutan) sebagaimana direkomendasikan oleh Departemen Kehutanan menurut World Bank adalah 22 juta kubik meter setahun.

Penyebab deforestasi terbesar kedua di Indonesia, disumbang oleh pengalihan fungsi hutan (konversi hutan) menjadi perkebunan. Konversi hutan menjadi area perkebunan (seperti kelapa sawit), telah merusak lebih dari 7 juta ha hutan sampai akhir 1997.

Dampak Deforestasi. Deforestasi (kerusakan hutan) memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat dan lingkungan alam di Indonesia. Kegiatan penebangan yang mengesampingkan konversi hutan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan yang pada akhirnya meningkatkan peristiwa bencana alam, seperti tanah longsor dan banjir.

Dampak buruk lain akibat kerusakan hutan adalah terancamnya kelestarian satwa dan flora di Indonesia utamanya flora dan fauna endemik. Satwa-satwa endemik yang semakin terancam kepunahan akibat deforestasi hutan misalnya lutung jawa (Trachypithecus auratus), dan merak (Pavo muticus), owa jawa (Hylobates moloch), macan tutul (Panthera pardus), elang jawa (Spizaetus bartelsi), merpati hutan perak (Columba argentina), dan gajah sumatera (Elephant maximus sumatranus).

Siapakah yang bertanggung jawab atas deforestasi hutan di Indonesia yang semakin menggila ini?. Siapa pula yang wajib mencegah kerusakan hutan di Indonesia?. Jawabnya singkat, kita semua!

Sumber : http://alamendah.wordpress.com/2010/03/09/
kerusakan-hutan-deforestasi-di-indonesia/

Senin, 19 April 2010

Penebangan Hutan

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, terkadang manusia bertindak ceroboh. Misalnya, untuk mendapatkan kayu, manusia menebang hutan secara liar dan tak terkendali, yang mengakibatkan kerusakan lingkungan. Padahal hutan memiliki peranan penting dalam hal penyediaan air. Hutan dapat menahan air hujan yang jatuh ke tanah. Kemudian air hujan itu diserap dan ditahan oleh humus dan akar tumbuhan sehingga dihutan yang lebat akan tersedia sumber air. Pada hutan yang gundul, jika terjadi hujan, tidak ada akar tumbuhan yang menahan air hujan dan menahan aliran air hujan di tanah. Akibatnya, lapisan tanah bagian atas yang mengandung humus akan ikut tergerus oleh aliran air hujan. Jika berlangsung terus - menerus, tanah menjadi tandus atau tidak subur lagi. Jika lahan tersebut merupakan lahan miring, tanah yang tidak mampu menahan air tersebut akan longsor. Saat hujan, lapisan tanah yang akan terbawa oleh air dapat menyebabkan banjir bandang. Selain sebagai penyedia air, hutan juga merupakan habitat bagi berbagai macam hewan dan tumbuhan. Jika hutan dibabat habis, keaneka ragaman hayati akan berkurang. Untuk menjaga kelestarian hutan, perlu dilakukan beberapa upaya, antara lain sebagai berikut:
  1. Melakukan Reboisasi, yaitu penanaman kembali pada hutan gundul
  2. Melakukan tebang pilih, yaitu hanya pohon - pohon yang sudah berumur dan berdiameter cukup besar yang boleh ditebang
  3. Menyiapkan bibit tanaman hutan yang siap tanam, untuk menggantikan pohon - pohon yang ditebang
  4. Mengawasi dan memberi sanksi yang berat pada orang yang melakukan penebangan hutan secara liar
Pemerintah Indonesia, melalui Departemen Kehutanan, telah menentukan daerah - daerah yang kaya dengan sumber daya hayati untuk dijadikan taman nasional. Tujuannya adalah untuk menjaga kelestarian hutan dengan segala isinya.

Jumat, 16 April 2010

Kebakaran Hutan di Kalimantan Semakin Parah


Kasus kebakaran hutan yang banyak disorot media hanyalah di Sumatra. Padahal di Kalimantan, terutama Kalimantan Barat dan kalimantan Tengah, api dan asap tebal masih merajalela. Untuk memadamkan api jangka pendek dipertimbangkan penggunaan bom air. Untuk jangka panjang, lahan sebaiknya ditanami tanaman kehutanan, seperti kayu meranti dan bukan tanaman pertanian yang setiap tahunnya harus dibakar sebelum diolah kembali. Selain itu, pemerintah juga punya andil karena sebagian wilayah hutan sekarang sudah

Asap masih menyelimuti kawasan setempat
Walaupun ada hujan sedikit asap tebal masih meliputi kota Pontianak, sehingga aktivitas dan produktivitas penduduk di dan sekitar kota tersebut cukup terganggu bahkan menurun. Pemerintah propinsi Kalimantan Barat sudah mengajukan usulan untuk menggunakan bom-bom air, namun sampai sekarang belum ada jawaban dari Jakarta. Selain itu pemda juga banyak menangkapi penduduk yang dituduh sengaja membakar hutan atau lahan, sebagian besar dibebaskan kembali setelah diberi nasihat.

Usaha jangka panjang lebih penting
Yohannes dari Wahana Lingkungan Hidup Kalimantan Barat menerangkan bahwa di Indonesia kabut asap tebal terjadi di wilayah di mana di sekitarnya adalah lahan gambut. Riau, Jambi, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat adalah lahan gambut. Karena itu, harus ada perubahan pola pengelolaan secara sistematis dengan melakukan penanaman tanaman kehutanan, bukan tanaman pertanian. Tanaman kehutanan itu contohnya kayu meranti dan kayu bengkirai yang sangat cocok untuk lahan gambut.

Saat ini seperti di sekitar kota Pontianak, lahan-lahan gambut ditanami tanaman pertanian yang berjangka pendek. Budaya masyarakat setempat adalah membakar lahan setelah panen sewaktu musim kemarau sehingga dapat diolah kembali. Inilah penyebab utama kebakaran hutan.

Jangan merubah fungsi hutan
Yang kedua, janganlah merubah fungsi hutan. Di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Riau dan Jambi memang sebagian wilayahnya masih berupa hutan yang dialih fungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit. Sayangnya, para pengelola perkebunan kelapa sawit tidak memperhatikan lingkungan sekitar. Mereka melakukan pembakaran, baik sengaja atau menyuruh masyarakat. Setelah itu lahan yang habis terbakar dinyatakan sebagai lahan kritis dan karena itu diambil-alih untuk menjadi perkebunan kelapa sawit. Cara-cara inilah yang akhirnya menimbulkan bencana lingkungan yang terjadi setiap tahun.

sumber : http://www.rnw.nl/arsipaktua/indonesia060905/Kebakaran_Hutan_Kalimantan060828